Sejak diresmikan pada Agustus lalu, Kampung Pelangi di Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, kota Bandung menjadi pilihan masyarakat untuk berwisata. Para penggemar fotografi dan foto swadiri banyak yang menyambangi kawasan ini.
"Kampung Pelangi memulai dari nol hingga bisa berkembang seperti sekarang,” kata Ketua RW 12 Kelurahan Dago, Kota Bandung, Budi Waskito, Kamis, 2/9. Menurut Budi kebanyakan warga di sini adalah hasil relokasi dari daerah Rusunawa sekitar ITB pada 1992.
Sebelumnya kawasan ini dikenal dengan nama Kampung 200. Budi menceritakan dulu warga yang direlokasi diberikan ganti rugi sebesar Rp200 ribu per Kartu Keluarga. Dari situlah istilah Kampung 200 lahir.
Kampung ini merupakan daerah terpadat di Kelurahan Dago, sehingga Ridwan Kamil (walikota waktu itu) memunculkan gagasan membuat kampung lebih tertata. Tetapi Ridwan Kamil mencalonkan diri menjadi Gubernur Jawa Barat dan membuat gagasan itu tidak terlaksana.
Budi Waskito bersama warga Kampung 200 akhirnya mencari cara lain, yakni bekerja sama dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Rajawali Hyoto yang meproduksi Sanlex. Bentuk kerja sama ini adalah mengecat berbagai fasilitas maupun rumah yang berada di kawasan Dago dengan beragam warna. Proses pengecatannya dilakukan secara gotong royong oleh karang taruna dan warga.
Setelah semua bangunan disapu warna, kemudian memunculkan panorama yang unik. Tempat ini pun lalu dikenal sebagai Kampung Pelangi. Kondisi rumah yang berada di lereng menjadikan bangunan seperti bertumpuk. Itu yang makin menambah daya tarik bagi wisatawan penikmat fotografi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar